Monday, July 02, 2007

Sunat atau khitan (dan cerita dibaliknya)

Sunat atau khitan adalah kewajiban bagi pria muslim. Menjelang akil baligh, biasanya seorang anak akan menjadi tidak utuh lagi sebagai manusia karena ada bagian tubuhnya yang dibuang heheheh.....

Banyak cerita seputar sunat ini. Saya sendiri melaksanakannya ketika kelas 5 SD. Sudah lama sekali. Yang saya ingat, saya sempat berdarah-darah pulang sekolah. Seminggu setelah disunat, saya harus sekolah karena libur sudah selesai. Perban masih terpasang, tapi khan gak mungkin ke sekolah pake sarung. Alhasil, di sekolah lebih banyak diam, tidak banyak berjalan-jalan apalagi lari-larian. Pulang sekolah, tas panjang menyilang dari bahu ke arah depan, menutupi celana yang berdarah-darah itu. Kejadian berdarah inilah yang membuka pikiran dan ingatan saya bahwa jenis darah saya termasuk yang sulit kering jika terjadi luka.

Hal lain yang saya ingat adalah bahwa setelah sunat, saya boleh belajar mengendarai sepeda motor.

Cerita seputar sunat dan berdarah-darah (kok horor ya? hehehe...) saya ingat salah seorang teman saya di kantor yang lama. Sebut saja Maya namanya. Anaknya hendak disunat dan Maya berpikir pastinya suaminya, Ahmad, akan ikut masuk ke dalam ruang praktek dokter sunat itu. Tapi, ternyata Ahmad gak ikutan masuk. Alasannya,"Gak kuat liat darah." Akhirnya, Maya masuk menemani sang anak yang hendak menuju perubahan status, dari bocah pria menjadi pria remaja. Ketika dokter mulai bekerja, suntik bius lokal selesai, lalu mulai memegang gunting. Kresss...... Tiba-tiba Maya sempoyongan, tidak kuat melihat 'derita' yang terjadi pada buah hatinya. Maya semaput. Suster dan asisten dokter di ruang praktek itu panik. Terjadi kehebohan sesaat. Ahmad, sang suami yang berada di luar tentu saja kalut dan buru-buru masuk. Dia melihat kenyataan istrinya terkapar, pingsan dan anaknya telentang dengan bagian tubuhnya tersayat...... Ahmad pun ikut istrinya. Terpakar, pingsan.

Sejenak terjadi hingar bingar di ruang praktek dokter sunat itu. 2 orang pingsan dan digotong ke luar. Sementara itu, si bocah yang disunat menangis-nangis di dalam. Al hasil, menurut cerita Maya dan Ahmad, banyak anak-anak yang akan disunat membatalkan diri untuk disunat hari itu. Entah ganti jadwal ke hari lain, entah ganti ke tahun depan, entah ganti dokter.... entahlah.

Cerita lain, waktu saya KKN di Desa Kerep, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Seorang pemuda dewasa menjadi bahan tertawaan di kampungnya karena dia adalah satu-satunya pria dewasa yang ikutan program sunatan masal di desa itu. Apa pasal? Dia bukan mualaf, tapi kenapa ikutan berbaris diantara anak-anak kecil lainnya? Rasanya hanya dia yang diwajibkan untuk bercukur sebelum bersunat. Sambil tersenyum malu, dia menjelaskan bahwa waktu masih bocah dulu, dia sudah disunat. "Tapi kulup lagi", katanya. Jadi dia kurang puas dengan hasil yang ada sekarang. Dia merasa sunat yang dahulu masih kurang sempurna, sehingga dia ingin kali ini 'dipotong dan dirapihkan'. Ada-ada saja :)

2 comments:

Anonymous said...

Cerita yg menarik, ikutan sharing ah. Sunat bukanlah hal yg aneh bagi gw, krn waktu SMP gw yg nganterin 2 adek yg cowok utk disunat ke bidan dekat rumah, gw nungguin, gw liat prosesnya, en gw liat apa yg dibuang, kemudian gw juga yg ngurus adek-2 gw selama di sunat. Tapi, setelah disunat kedua adek gw berubah 180 derjat,gak mau lagi "naked" depan gw,dah gede,dah tau malu...dan adek gw dah mulai menjadi orang lain.

Vie said...

Hehe... cerita sunatnya lucu. Jadi ingat waktu adik laki-lakiku yang waktu itu disunat, abis disunat 2 hari, dia nunjukin ama kami kakak-kakaknya apanya yang dipotong. Sambil tutup mulut dan idung kami deketin dia. Karena sebelumnya kami udah taruhan, kirain dipotong abis!
Lucu juga kalo ingat waktu itu.

BTW ada Vie yang laen tuh diatas!