Friday, December 08, 2006


DIBUANG SAYANG


Libur Lebaran kemaren, saya sempat berkunjung ke Bukittinggi, ke rumah kerabat. Bukan di tengah kota, tetapi agak pelosok, kira-kira 30 menit ke arah Payahkumbuh. Tradisi di sana adalah perayaan Khatam Quran yang dilaksanakan setelah Hari Raya. Kampung itu berhias dengan marawa atau umbul-umbul yang berwarna merah, kuning dan hitam.
3 warna itu konon melambangkan 3 tungku sajaranganan alias 3 tokoh pemersatu suku di kampung, yaitu alim, ulama dan cerdik pandai. Tetapi, keponakan saya Fali berteriak lantang,"Wah, banyak penggemar bola Jerman ya di sini. Kok banyak benderanya?" Duh.... dia lebih kenal warna bendera asing daripada warna tradisi kampungnya.

Pistol maninan adalah salah satu mainan favorit yang paling banyak dibeli oleh anak-anak sepanjang lebaran. Mereka menentengnya kemana-mana, termasuk ketika mereka berramai-ramai menaiki truk menuju ke luar kota. Di depan mobil kami yang membawa saya dan keluarga besar menuju daerah Matur untuk melihat Danau Maninjau, saya menemukan "perang saudara" antara penumpang truk dan penduduk yang wilayahnya dilintasi oleh pendatang-pendatang berpistol.
Lihat gaya meraka. Piiissss mannnn.....



Yang ini adalah foto-foto di Bukittinggi. Mau cari apa di sana? Makanan tradisional? Banyak... tuh, dalam bungkusan plastik besar atau kecil di pajang meriah berjajar di daerah Pasar Atas. (lihat foto atas kiri)

Mau bordiran untuk baju muslim? Jangan tanya lagi. Tidak satu dua toko yang menjualnya, tapi bejibun. Segala warna ada. Bejikuhibiniu aja kalah banyak.Mau yang dijual di toko atau yang ditengah pasar, semua sama menariknya. (lihat foto atas tengah)

Sate padang? No... ini Sate Bukittinggi. Dagingnya berbumbu seperti ada serundengnya. Lebih guring dan renyah (lihat foto atas kanan). Kuahnya kuning, bukan merah. Kuah merah bisanya Sate Pariaman. Ada lagi sate Danguang-danguang yang dagingnya besar-besar. Sate bumbu kacang juga ada. Banyak rupanya jenis sate padang ini.


Kota Padang terletak di daerah pesisir. banyak pantai-pantai indah di sana. Sebut saja Pantai Air Manis yang menjadi tempat legenda Malin Kundang.dengan 3 mobil, kami berangkat ke pantai itu yang berjarak 1 jam dari rumah. Sengaja berangkatnya menjelang sore, sekalian bisa melihat sunset di sana. Anak-anak yang mau berenang juga tidak menjadi terlalu gosong kalau berangkatnya agak sore. Ternyata, matahari tertutup asap. Ya, asap, bukan awan. Hari Raya kemaren, kebakaran hutan memang sedang seru-serunya di daerah Riau dan Jambi. Imbasnya ke Padang. Matahari terlihat malu-malu.


Dan ternyata, Ibu saya yang tahun 2006 ini berusia 76 tahun, baru kali itulah pergi ke Pantai legenda Air Manis. "Yang mana sih, batu Malin Kundang itu?" tanya Ibu saya ketika turun mobil. Padahal, di pantai itu, kakak saya yang nomor 2, pernah menari untuk acara di TVRI pada tahun 80an. Padahal lagi, di tahun 80an juga, saya pernah mendapat musibah di pantai itu. Ketika itu, entah binatang apa melilitkan lendirnya ke kaki saya dan mendadak sontak saya seperti terkena aliran listrik ketika bermain di air pasang, diantara Pulau Angso Duo dan pantai. Alhasil, saya harus segera mendapat pertolongan pertama. Penduduk setempat mengatakan, obatnya adalah urine alias air kencing. Dan.... kaki saya dikencingin oleh guru matematika, bernama Pak Yus. Alamak !!!!

Satu lagi pantai terkenal adalah Teluk Bayur. Sejak lama, bahkan sejak jaman Belanda, Teluk Bayur sudah menjadi pelabuhan kapal penting di tanah air. Bukan karena penting lalu Ernie Djohan mempopulerkan lahu dengan judul saya "Teluk Bayur". Tetapi rasanya pelabuhan itu memang indah dan saat lagu itu popuiler tahun 70an (atau 60an ya?), Teluk Bayur menjadi saksi tangisan dan lambaian perpisahan siapa saja yang akan menuju ke Jawa (baca : Jakarta), entah untuk melanjutkan sekolah, cari kerja, merantau ataupun sekedar piknik. Dan menyambut Hari Raya kemaren, saya (bersama Fathya dan Fali) juga sempat ke Teluk Bayur, menjemput Adik saya dan keluarga yang pulang lewat laut.

Yang ini adalah foto yang ada di dinding rumah kami di Padang. Saya jepret ulang lagi. Ini adalah salah satu dari sekian banyakj foto Ayah dan Ibu saya tercinta. Tak mungkin diulang adegan serupa, karena Ayah saya sudah berpulang tahun 2003 lalu.Ketika masih di bangsu SD, saya bangga dan senang sekali apabila rapor saya dijemput oleh Ibu saya. Waktu SD saya tidak pernah menjadi juara kelas, tapi 5 besar atau 10 besar alhamdulillah selalu di tangan. Ceileee.... Uhuy! Yang menbuat saya bangga bukan karena rapor saya, tetapi karena Ibu saya selalu terlihat cantik, anggun dan kharismatik. Paling TOP lah diantara ibu-ibu lain hehehe....
Jadi ingat pantun yang ada dalam sebuah lagu :

Pohon tebu dibilang manis
Yang lebih manis tebu di paya
Banyak ibu dibilang manis
Yang paling manis tentu Ibu saya


Setiap kali jepret, ada saja suara yang berbisik,"Semoga beliau tahu, aku sayang dan bangga."
I LOVE U MOM

5 comments:

v1rzh4 said...

uda rinto...

thx yah udh dateng ke acara kopdaran td siang dan meramaikan suasana ;-)

kapan2 kalo' ada kumpul2 lagi, ikutan lagi yaaaaa...

Yunus Idol said...

kapan kapan duet maut lagi yuuukzzz .. udah banyak pesenan buat nyanyi di kawinan nih, kita...
nice to know you, bang...

L. Pralangga said...

Memang mudik itu memberi kebahagiaan tersendiri :) Paparan cerita di kampung halaman persis acara jelajah nusantara nih! :)

Saat nanti ada acara duet krokoe..eh, karaoke lagi - ikutan yah!

Salam kangen dari negeri si bau kelek! :p

Rinto said...

Hai Virzha dan Hai juga Yunus,
Glad to know you too. Kumpul2 sama ABG kaya kalian membuat aku merasa seperti muda kembali...
Taelaaa... Ntar kita duet lagu yang heboh ya Yunus...
"Dont You Worry bout The Things" ada gak ya di Inul?
Asyik berat tuh....
Ntar deh, aku bikin list lagu2 yang akan dibawakan oleh duet maut "YouRin" ... hehehe
Sampai ketemu lagi ya

Rinto said...

Kang Luigi,
Kampungku nan jauah di mato emang selalu takana juo deh hehehe
Ku tunggu kehadiranmu ya.
Thanks udah berkunjung.