Tuesday, June 26, 2007

Menunggu Angin

Hari Senin lalu, kakak saya yang nomor 2, Uni Lusi, menjalani operasi. Ada bagian dari organ peranakannya yang harus 'dibereskan'. Alhamdulillah, operasi berjalan lancar dan selesai dalam waktu 2,5 jam. Selasa malam, sepulang kantor, saya mampir kembali ke rumah sakit. Saya menemukan Uni Lusi sedang kesakitan. Berkali-kali meringis dan mendesis. Kasihan sekali melihatnya. Ternyata, biang keroknya adalah angin dalam perut yang dihasilkan oleh pengaruh anastesi (pembiusan). Sakit yang melilit itu akan hilang apabila Uni Lusi terkentut (maaf).

Tahun 1997, saya juga pernah dioperasi. Usus buntu. Saat menunggu angin keluar dari perut juga menjadi masalah waktu itu. Sudah berasa akan keluar, tapi si angin sepertinya buta, tidak bisa melihat jalan keluar yang tepat untuknya. Muter-muter di perut bikin mules. Tapi, ketika dia keluar, tidaklah sedahsyat yang saya kira. Tidak berbunyi sama sekali. Walaupun bikin lega di perut, tapi tidak bikin lega di hati. (Dasar kentut kurang ajar!!! Hahahha...)

Perkara buang angin ini, saya termasuk yang jarang membuang sembarangan. Tapi bukan berarti saya tidak pernah kerepotan dengannya. Saya masih ingat, di Masjidil Haram, duduk gelisah di depan Ka'bah. Sang angin mendadak ingin lepas tanpa ingat waktu dan tempat. Daripada lepas ketika sedang sholat, akhirnya saya mengikhlaskan tempat duduk saya diambil oleh jamaah lain karena saya harus berdiri menuju tempat wudhu.

Ayah saya justru lebih parah. Lokasi kejadian lebih kurang sama, ketika pergi Haji. Beliau harus bolak-balik ke tempat wudhu karena "lepas melulu". Akhirnya, beliau terpaksa sholat tidak jauh dari tempat wudhu supaya tidak capek bolak-balik.

Kentut, emang sering bikin masalah. Ibarat teka teki yang sering kali saya lontarkan, bahwa yang kehilangan gak akan nyari-nyari. Tapi yang menemukan (baunya), pasti akan clingukan dan menduga-duga, angin milik siapa ya ini? (sambil tutup hidung)

No comments: