Monday, March 05, 2007

No More Intimidation! Huahaha...
(Amin)


Sejak Jumat tanggal 1 Maret yang lalu, praktis saya tidak lagi bertemu sama supir angkot kuning yang setiap pagi saya tumpangi, mulai dari gerbang belakang kompleks rumah saya hingga ke pintu tol Karawaci. Sejak hari itu juga, saya tidak lagi dikerubuti, dipepet bahkan kesel-keselan sama tukang ojek pada saat saya pulang kantor dan turun dari bis patas AC 34 atau 138, rute Blok M - Cimone, Tangerang.

Pengamen-pengamen itu apakabar ya? Mereka masih suka nyanyi fals bin ngawur gak ya? Saya sudah tidak ketemu lagi dengan mereka, terhitung bulan 3 tahun 2007 ini. Padahal, pengamen itu sering jadi hiburan saya sepanjang perjalanan yang kadang bisa memakan waktu 1 jam 30 menit bahkan lebih. Polah tingkah mereka sempat saya tulis di blog ini. Udah pada baca khan? (ehem...)

Walau sering terhibur, tapi sejujurnya saya kadang kala juga merasa terintimidasi, terutama kalo duduk di tengah. Teman-teman yang sudah pernah bertemu saya, akan maklum kalau saya cukup tersiksa di dalam bus karena saya punya kaki panjang bak belalang. Tapi, lebih tersiksa kalau kebetulan duduk di tengah dan pengamen mengambil posisi bersandar di kursi yang saya duduki. Kalau pengamenya bernyanyi dengan baik (tidak perlu bagus kayak Rio Febrian), itu sudah cukup untuk membuat saya lupa bahwa kaki saya tersiksa karena tidak leluasa. Tapi kalau pengamennya amburadul, yo wes... ingin rasanya menutup telinga. Tapi apa daya, saya terintimidasi karena tak bisa berbuat apa-apa selain mengumpat dalam hati (gak berani hehehe)

Duduk di belakang juga bukan berarti bebas dari umpat mengumpat. Pernah ada pengamen, yang setelah selesai 'show', mereka berkumpul di belakang. Saya tetap dengan aksi wajib dalam long journey trip, yaitu tidur. Tapi, para "seniman jalanan" itu sibuk latihan, nyoba-nyoba lagu baru. Saya colek salah seorang diantara mereka. Dengan bahasa isyarat saya katakan bahwa saya mau tidur jadi tolong diam. Syukurlah, mereka patuh.

Tapi, sejak hari Jumat lalu saya terbebas dari intimidasi pengamen di dalam bus. Cuma saya menemukan beberapa kekhawatiran lain, yang bisa saja menjadi 'mengancam' perjalanan panjang saya dari rumah ke kantor dan sebaliknya.

Tapi saya lebih banyak berdoa, terkadang cuma baca Basmallah saja lebih sering dari biasanya. Semua terjadi terhitung sejak hari Jumat lalu, tanggal 1 Maret tahun 2007. Bersejarah rupanya tanggal itu.

Sejarah apa ya? Hehehe... tanpa maksud sombong, tanpa niat apapun, bahkan sebetulnya biasa saja. Saya cuma mau bersykur dan waspada saja, bahwa setelah membuat SIM A pada minggu sebelumnya, maka sejak tanggal 1 Maret kemaren saya memiliki mobil. Mobil saya sendiri. Alhamdulillah.

Mohon doanya juga dari teman-teman yang baca blog ini, semoga saya selalu dilindungi dalam perjalanan rutin hampir setiap hari. Amin

4 comments:

kinanthi sophia ambalika said...

wah gak sadar ya kalo mereka ganti akan mengintimidasi di lampu merah :) hahaha

waspada bung waspada

Anonymous said...

daaarinnnn...

kapan kita jalan-jalan pake mobil baru? :D

lama gak ketemu ya...

Anonymous said...

wah.. selamat udah punya salah satu syarat untuk membuktikan anda mulai mapan

kendaraan pribadi

:D

Anonymous said...

jd org tinggi emang gak selalu enak. duduk di bus umum, lulut sakit. berdiri di kopaja, kepala dan leher pegel..

:D

-imgar-