Sunday, November 05, 2006

Aku Orang Jawa

Mudik lebaran ke kampung halaman di Padang (Sumatera Barat), kami sekeluarga singgah ke rumah Padang Panjang, tempat ayah saya dibesarkan. Rumah tua itu masih seperti dulu. Asri dan tinggi. Setelah bersilaturahmi dengan Tante Ida dan Uni Eka yang saat ini tinggal di sana, kami pamit untuk meneruskan perjalanan menuju Bukittinggi. Seperti biasa, saya senang berkeliling di rumah tua itu, seperti napak tilas bekas telapak kaki ayah saya di jaman beliau muda dulu. Masuk sampai ke belakang, dapur dan kamar depan yang kebetulan pintunya terbuka. Sebuah foto tua tergantung di kamar depan. Rupanya itu foto kakek ayah saya. Uni Eka bilang, "Itu Raden Wardiman, kakek buyut kita. Kita khan ada keturunan Jawa. Dari Keraton Jogja lho."

Lalu Uni Eka bercerita dengan serius, dan sejenak kami menunda keberangkatan kami. Inti ceritanya begini :

Ketika Perang Diponegoro bergejolak, banyak sekali pejuang-pejuang tanah jawa yang dibuang ke pantai barat Sumatera. Konon diantaranya adalah Sentot Alibasah Prawirodirjo. Nah, beliau ditugaskan di daerah Padang Panjang untuk membangun jalur kereta api. Sentot ini menikah dengan wanita setempat, yang kemudian melahirkan Ibu dari Ayahku, yaitu Nenekku yang bernama Sawiyah.

"Jadi, kalau kita ke Jawa, kita dianggap anak raja lho. Mereka akan jalan duduk dan sungkem sama kita," lanjut Uni Eka berapi-api.

"Oooo....," cuma itu yang keluar dari mulut kami. Seperti paduan suara.
"Iya. Kita juga masih bersaudara sama Umar Khayam," si Uni masih bersemangat bercerita.

"Kok bisa? Ceritanya bagaimana?"
"Keluarga Sentot khan tidak semuanya dibuang ke Sumatera. Ada juga yang tinggal di jawa. Nah, yang tinggal itu adalah kerabatnya Umar Khayam."
"Wah, kita keluarga hebat ya."
"Ada lagi. Gak cuma itu. Christine Hakim tau khan?" "Yang tukang keriupik balado?"
"Yeee..... bukan. Yang bintang film."
"Masih famili juga?"
"Iya. Para pejuang perang itu ada juga yang dibuang ke Bengkulu. Nah, mereka itulah yang menjadi keluarga Christine Hakim."
"Oooo....," paduan suara lagi.

"Uni Eka tau dari mana?" terdengar sebuah pertanyaan. Saya lupa dari siapa, karena rombongan kami begitu banyak. 33 orang ada di rumah Uni Eka waktu itu.
"Ada kok silsilahnya. Uni Eka pernah lihat waktu Uni tinggal di Jakarta dulu. Tapi sekarang Uni lupa, siapa yang nyimpan."
"Oooo...," paduan suara lagi, tapi sumbang.

Ya ya ya.... Saya orang Jawa. Bisa jadi Presiden

9 comments:

mutiara nauli pohan said...

wahh baruuuuuuu
akhirnya di ganti juga
tapi SB nya mana darin ku

btw aku hari sabtu mo liatin ayu ikut yahhhh kek nya kmu cocok deh ama adek ku secara dia pelawak juga sama kaya uda nya ini hehehe

nl said...

lebih bangga jadi orang jawa ya..?
karena bisa jadi presiden..? :D

Rinto said...

imgar,
Saya tetap jadi orang Padang sejati kok. Soal "orang jawa jadi presiden" itu cm joke saja. Joke jadul 80'an :))
Kalau saya punya darah pasundan, saya juga akan cerita di blog ini. Bangga juga kok :)

uli,
Blum sempat ngedit dan bikin bagus blog nih. Ajarin ya. Thanks udah ketemuin aku sama Ayu nan ayu.

Rinto said...

bunga,
Kapan pulkam lagi? Mungkin cetak birunya ada di keraton Yogya... (atau Jogja? Atau Djodja? sing bener sing endi toh?)

mutiara nauli pohan said...

darin
aku dah posting tentang pare kemaren hehehe

Anonymous said...

aku keturunan ke 7 mbah derpo yudho.Beliau dimakamkan di Imogiri. siapa bisa bantu aku cari silsilah mbah tersebut. dan siapa yg merasa keturuan beliau hubungi aku dong di senyumcell@yahoo.co.id

Anonymous said...

bunga ... mungkin kamu saudaraku. aku keturunan dari yogya.

Anatomi Angin said...

nice story. tulisan kamu enak dibaca. dan perlu.

Unknown said...

monggo silahkan fb sy singomenggolo96@yahoo.co.id sy jg py eyang Derpo Yudo yg di majanjati sragen......